Tuesday, May 7, 2013


Day 2:  3 IDIOTS  a.k.a SI BOLANG



Foto 'SUNRISE' yang kami dapatkan
Berencana mengabadikan moment SUNRISE di pangandaran, membuat kami memaksakan diri untuk bangun dan bergegas pergi ke pantai timur. Padahal jelas-jelas cuaca di pagi itu sedang mendung dan sedikit hujan gerimis.. Alhasil dong perjuangan kami bangun pagi pun hanya menghasilkan kegiatan ngopi dan kemal kemil di pinggir pantai sambil memandang pantai yang gelap (NO SUNRISE AT ALL…) 

Sebagai penghibur hati, kami pun memutuskan untuk menyusuri pantai sambil melihat-lihat hasil tangkapan nelayan yang baru datang melaut (salah satu keunikkan pangandaran adalah kita dapat melihat langsung barisan nelayan yang sedang bahu membahu menarik jaring dari tengah laut beserta hasil tangkapan mereka. Bahkan jika ingin, kita bisa langsung melakukan tawar menawar dengan nelayan tersebut untuk mendapatkan seafood terbaik  - FRESH FROM THE SEA - ).

Tak berapa jauh menyusuri pantai, kami justru menemukan (selain tumpukan sampah yang sangat banyak…) seekor penyu laut yang cukup besar tertangkap di jaring sekelompok nelayan…. BUT LIKE YOU WILL EXPECT FROM INDONESIAN… Bukannya mengembalikan penyu tersebut ke laut, para nelayan justru langsung menyembunyikannya agar tidak ketahuan oleh petugas. Mereka beralasan jika ketahuan petugas, maka penyu tersebut akan dilepas kembali ke laut dan mereka tidak akan mendapatkan keuntungan apapun….


“HELLOOOOOO THAT’S WHAT YOU SHOULD DO!!!
Penyu laut itu termasuk binatang yang dilindungi….bukan untuk dijual atau dimakan…”



Batu Layar Pangandaran
Batu Meja Pangandaran
Bermaksud kembali ke penginapan, di tengah jalan kami justru dicegat oleh seorang nelayan yang menawarkan trip keliling pangandaran dengan tarif satu kapal 75rb. Trip menggunakan kapal ini sebenarnya tidaklah terlalu isitimewa, sebab yang kita dapatkan hanyalah dibawa menggunakan kapal ke lepas pantai untuk melihat batu layar-batu meja-terumbu karang di tengah laut-serta masuk ke cagar alam bagian timur demi melihat rusa dan monyet di pagi hari… 




Namun secara tak terduga, trip yang awalnya dinilai begitu biasa ternyata menjadi sangat luar biasa ketika bapak tukang perahu menawarkan untuk nyemplung ke laut dan melihat langsung terumbu karang serta ikan-ikan…


AND YOU KNOW… 
- WITHOUT ANY CONSIDERATION - 
WE ALL SAYS YES, USE THE LIFE JACKET, AND JUMP TO THE SEA… 
CAN YOU IMAGINE THAT???
(nb: kami ini sama sekali belum pernah snorkeling apalagi diving…)


Overall… Karangnya cukup memuaskan dan ikan-ikan kecilnya not bad lah yaaaaaa…

Gambaran perahu nelayan yang kami gunakan
Setelah puas berenang-renang di laut, barulah masalah dimulai… Kami bertiga harus kembali naik ke kapal dengan cara naik ke atas kayu pelampung di samping kapal lalu meniti bamboo sepanjang 1meter… (pertama-tama coba bayangkan terlebih dahulu, kapal nelayan yang kami gunakan adalah sebuah kapal kayu dengan dua buah pelampung di kanan kiri kapal…pelampung ini dihubungkan dengan badan kapal menggunakan sebilah bamboo panjang yang melengkung…). 

Dede adalah percobaan pertama kami yang membuktikan bahwa naik dari laut sampai ke dalam perahu itu ternyata adalah sebuah perkara yang sangat sulit bahkan menghabiskan waktu lebih dari 20mnt plus keberanian yang teramat tinggi (istilah dede bukan keberanian tapi kenekatan yang teramat besar)

Melihat itu, secara otomatis gua dan mei langsung sangsi kami akan dapat naik ke atas perahu (secara badan dede itu kurus, lincah, dengan proporsi yang lebih atletis)… Melihat keragu-raguan kami itu, bapak nelayan pun lagi-lagi mengajukan ide gilanya. “Gimana kalo adek duduk di atas pelampung kanan dan kiri aja, nanti saya jalanin perahu ke pantainya pelan-pelan”. Ehmmmmmm….WHAT!!!!! duduk di luar perahu di atas sebilah pelampung yang jaraknya sekitar 1meter dari badan perahu!!! Deffinetly craziest idea and crazy people because of… WE ACCEPT THAT… Yup, Kami menerima tawaran ide itu. Toh dalam pikiran kami ide itu jauh lebih baik dibandingkan harus meniti bamboo satu meter untuk masuk ke dalam perahu…


THE FREAKY CRAZY UNFORGET
TABLE EXPERIENCE…


Untungnya perjalanan gila gua dan mei di atas pelampung perahu berjalan dengan cukup mulus, dan kami pun berhasil sampai di salah satu sudut pantai pasir putih di dalam cagar alam bagian timur pangandaran. Sayangnya karena badan yang lengket akibat air laut membuat kami tidak menghabiskan waktu lama di dalam cagar alam (Cuma sempat foto-foto sekitar 20an foto… :D )


 Setelah bebersih diri (nyemplung dulu di kolam renang hotel sebelum mandi….) dan sarapan di hotel, jalan-jalan pun menjadi tujuan kami selanjutnya. Berencana untuk tidak terlalu banyak belanja (JANJI: NO SHOPPING dan NO ‘OLEH-OLEH’….) menjadikan kami cuma berencana window shopping keluar masuk toko di pinggir jalan raya pangandaran….dan like always dong, yang namanya cewek jalan-jalan pasti ditutup dengan kantong belanjaan (tidak perduli janji yang terucap). Contohnya gua, bawa duit pas-pas an tidak menutup terbelinya satu buah rok panjang seharga 20rb dan kaos barong seharga 15rb… (abisnya murahhhhhhhhhhhh……..J )

PANTAI PASIR PUTIH
RENCANA selanjutnya adalah berkunjung dan foto-foto di pantai pasir putih yang terletak di dalam cagar alam. Berhubung judulnya juga backpacker-an dan bermodalkan pengalaman pernah masuk ke cagar alam sebelumnya, kami 3 cewe lucu ini pun nekat ke pasir putih via cagar alam (naik perahu jauh lebih mahal) tanpa ditemani pemandu (niatnya biar pengeluaran murah) dengan HTM 2.000/orang.

Untuk bisa ke pantai lewat cagar alam sebenarnya tidaklah terlalu jauh ataupun terlalu sulit. Trek menuju pantai sangatlah jelas (tidak akan tersasar), cukup mudah dilalui, dan dikelilingi pemandangan hutan yang indah. Hanya saja ada satu saja permasalahan besar yang menghadang, yaitu MONYET!!!!

Yup…cagar alam pangandaran itu dipenuhi ribuan bahkan mungkin ratusan ribu monyet yang super duper jail dan tidak takut pada manusia. Sebenarnya untuk mengatasi permasalahan monyet ini, kami sudah diajari oleh pemandu di trip pangandaran kami sebelumnya, cukup tunjukan kedua telapak tangan kami kepada para monyet dan mereka pun (katanya) tidak akan mengganggu kami. Aksi telapak tangan tersebut diperlukan untuk menunjukkan bahwa kami tidak membawa apa-apa.

Tapi sayangnya, entah mengapa dan entah bagaimana di tengah perjalanan tiba-tiba saja ada seekor monyet yang menyerbu gua dan ‘ngegantol’ di kancing samping celana pendek gua…. SUMPAH..rasanya udah pengen nangis abis….mau disingkirin gimana cara, mau didiemin juga ga mungkin….gua pun cuma bisa bertampang histeris sambil nunjuk ke arah monyet yang dengan tenangnya tetap ‘ngegantol’. Mei dan dede bukannya bantuin gua, malahan ikut terenyak, syok, dan beringsut mundur beberapa langkah. Untung aja tak berapa jauh dari sana ada seorang penjaga yang langsung berlari dan mengusir monyet tersebut.


Merasa sudah melewati kemungkinan terburuk, kami pun dengan pe-de nya kembali melanjutkan perjalanan menuju pantai pasir putih. Menyusuri muara sungai yang sedang surut, foto-foto di jembatan merah, sampai dengan datangnya kembali adegan perseturuan kami dengan monyet. Jadi tak berapa jauh dari tujuan kami, ada dua buah pohon besar yang mengawal jalan dimana cabang dari kedua pohon tersebut menyatu di atas jalan. Dan sialnya kami, pertemuan kedua cabang tersebut terpilih menjadi tempat peristirahatan ribuan monyet. Otomatis kami pun berhenti terpaku dan mulai mempertimbangkan untuk kembali pulang. Bagaimana tidak, segala scenario terburuk mulai bermunculan, mulai dari dijatuhi ribuan monyet – dikejar-kejar – atau bahkan dicakari dan barang-barang kami dicuri….. Akhirnya setelah berdebat selama 5mnt lamanya (antara ketakutan pada sebuah kerajaan monyet VS pantai pasir putih yang sudah di depan mata) kami pun memutuskan untuk mengambil jalan yang terbaik, yaitu mundur kabur secepatnya keluar cagar alam dan naek perahu langsung ke pasir putih (lebih baik bayar double dibanding harus menghadapi satu pasukan monyet)……

Berhasil sampai di pantai pasir putih dengan selamat (dengan biaya double  – > naik perahu PP 10rb/org + tiket masuk cagar alam sebelumnya 2rb/org …), membuat kami langsung bersiap memulai sesi photo shot kami… mulai dari pose gaya dengan kacamata hitam, bergaya duduk memandang lautan, sampai dengan momfoto wiasatawan lain (sudah mulai kehabisan gaya judulnya…)



Pantai pasir putih ini sebenarnya tidaklah seputih dan seindah pantai-pantai pasir putih lainnya di Indonesia, bahkan banyaknya potongan karang mati yang bertebaran di pantai maupun terbawa ombak cukup menjadikan pantai ini sedikit berbahaya. Hal tersebut dibuktikan oleh gua sendiri, entah karena cerobohnya gua atau memang karena sedang sial,  tergores kakinya oleh potongan karang tajam hingga berdarah kemana-mana. Untung saja, di sekitar situ terdapat banyak pohon yang menghasilkan buah dimana getahnya menjadi obat bagi luka-luka akibat potongan karang.

Just FOR YOUR INFO: Buah yang dimaksud ini bentuknya bulat kira-kira sebesar kelereng dan tumbuh hampir di sepanjang pesisir pantai pasir putih. Untuk menggunakannya sebagai obat, pertama-tama kita harus memotong buah terlebih dahulu untuk mendapatkan getah berwarna kuning yang terdapat di dalam buah tersebut. Getah kuning itulah yang lalu kita oleskan pada luka akibat karang tajam atau luka yang mengeluarkan darah sebagai bentuk pertolongan pertama. Begitu dioleskan, satu kata yang akan muncul adalah…PERIHHHHHHHHH!!! (berdasarkan pengalaman pribadi…rasanya makin pengen nangis, sambil guling-guling, dan langsung ngapus itu getah) namun jika kita berhasil menahan, maka kata yang muncul selanjutunya adalah…WOW!!! Karena tak berapa lama darah yang mengalir akan mulai berhenti.

Like the old local lady said:
“Alam itu baik, dimana ada racun (sesuatu yang melukai)
maka disitu pula alam akan menyediakan obatnya”


Sebagai penutup hari kedua, kami bertiga memutuskan untuk menyewa sepeda (satu sepeda tandem untuk gua dan mei -berhubung gua ga bisa naek sepeda- serta sebuah sepeda mungil untuk dede) dan pergi pesta seafood kembali untuk terakhir kalinya. Namun lagi-lagi malangnya kami, dalam perjalanan pulang kembali ke hotel, saat sedang asik-asiknya bersepeda, kami diciprati (atau istilahnya mei: DIBANJUR…) air kubangan dari atas kepala samapai kaki oleh sebuah mobil dengan plat nomor “H”. DAN ITU JELAS-JELAS SENGAJA…..KARENA SAAT SUDAH DEKAT, BUKANNYA BERJALAN PELAN, MOBIL TERSEBUT MALAH TANCAP GAS SEHINGGA AIR PUN TERCIPRAT DENGAN SUKSESNYA KE BADAN KAMI…

WHAT A DAY….!!!

Ps: jika anda ingin membawa makanan ke pantai pasir putih, harap extra hati-hati karena monyet disana sangatlah jeli dan aggressive. Contoh hidupnya adalah Dede yang kala itu membawa chiki di dalam tasnya. Sepanjang berada di pantai, dede terus diikuti oleh seekor monyet. Padahal chiki tersebut berada di dalam tas dan tidak pernah dikeluarkan oleh dede.

Noted: lagi-lagi kami melewatkan sunset dikarenakan hari yang mendung… 



No comments:

Post a Comment